1/2 Hati + 1/2 Usaha = 0 Hasil

Oleh: Simon Seffi

Dalam bukunya yang berjudul ‘MOU (Maximum of U): Maximum Anda, Para Mahasiswa, Maximum Indonesia’, Danang Girindrawardana, Founder LeadershipPark Institute yang juga pernah menjabat Ketua Ombudsman Republik Indonesia merekomendasikan sejumlah prinsip yang bisa dilakukan untuk memaximumkan potensi diri agar mencapai kesuksesan.

Buku tersebut memang ditargetkan menyasar para mahasiswa untuk memaksimalkan potensi diri mereka agar sukses setelah kuliah nanti. Sukses, oleh Danang dalam buku tersebut adalah lulusan perguruan tinggi yang tidak menganggur selepas kuliah, bahkan dapat menciptakan lapangan kerjanya sendiri.

Menurut Danang yang mengutip beberapa sumber, ada lebih dari setengah lulusan perguruan tinggi di negeri ini yang menganggur. Danang juga menjelaskan, mayoritas mahasiswa yang ditemuinya seolah tak memiliki ambisi dan rencana apapun untuk mencapai kesuksesan selepas kuliah. 90 persen mahasiswa yang menjadi responden dalam surveynya menyatakan akan mencari pekerjaan setelah lulus, sementara 10 persen lainnya, itupun dengan keragu-raguan, berniat menciptakan bisnisnya sendiri.

Dalam buku terbitan Gramedia Pustaka Utama itu, Danang mengingatkan para mahasiswa agar mereka sudah harus memiliki ambisi dan rencana untuk mencapai kesusksesan meski belum selesai kuliah.

Danang merekomendasikan empat prinsip dan penjelasan mengenai teknis pelaksanaannya yang harus dilakukan dengan segenap hati jika para mahasiswa ingin sukses setelah lulus dari perguruan tinggi.

Prinsip pertama adalah Maximum Ambisi. Setiap orang harus memiliki ambisi yang membangkitkan antusiasme, gairah, dan motivasi untuk melakukan sesuatu. Kekuatan ambisi lebih dari sekedar keinginan. Ambisi adalah bahan bakar yang menggerakkan, seperti yang digambarkan Salvador Dali, seorang pelukis kenamaan Spanyol, Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan seekor burung tak bersayap.

Danang lantas memberikan sebuah panduan untuk menyusun Ambisi yang dirumuskan olehnya sebagai PRESTO A yang merupakan akronim dari sejumlah kata kunci yakni: Positif, Reflektif, Energik, Sederhana, Terbaik, Olahan Anda. Kata-kata yang menggambarkan sebuah ambisi harus merupakan kata-kata yang positif karena otak lebih mudah mencerna kalimat positif dibanding kalimat negatif, kalimatnya reflektif yang merefleksikan harapan dan karakter diri di masa mendatang, pernyataannya energik untuk memiliki daya dorong motivasional, disusun dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah diingat, disusun untuk mencapai yang terbaik, dan merupakan olahan pribadi karena muncul dari dalam diri meski terinspirasi oleh lingkungan.

Ambisi memang harus dirumuskan untuk dicapai dalam aksi karena ambisi tanpa aksi sama dengan basi. Ambisi tanpa strategi sama dengan mimpi siang bolong, sementara strategi tanpa ambisi sama dengan omong kosong.

Prinsip yang kedua adalah Maximum Perencanaan, merupakan terjemahan ambisi yang sudah dirumuskan dalam sejumlah langkah untuk mencapai sasaran dan target.

Danang memberikan kaidah untuk menyusun sasaran-sasaran dalam perencanaan maximum yang disebutnya STMJ, merupakan singkatan dari Spesifik, Terukur, Masuk akal, dan Jangka waktu. Sasaran yang ingin dicapai harus spesifik dan fokus, realistis dan bisa diukur pencapaiannya, logis sesuai dengan minat dan kemampuan, dan memiliki jangka waktu agar tidak terjebak oleh proses demi proses. Perencanaan membantu sebagai peta atau panduan menuju pencapaian ambisi.

Setelah Maximum Ambisi dan Maximum rencana, Maximum Aksi adalah prinsip yang ketiga. Maximum Aksi terdiri dari tiga langkah maximum yakni memaximumkan kecakapan kognitif, memaximumkan kecakapan leadership, dan memaximumkan kecakapan relasional.

Kecakapan kognitif maksimum terdiri dari kemampuan mengidentifikasi kesempatan, kemampuan menganalisis, kemampuan memprediksi, kemampuan berinovasi, kemampuan mengelola waktu, dan kemampuan mengelola asumsi dan filter diri. Ketujuh kemampuan ini harus sering dilatih agar diri memiliki keunggulan kognitif yang maksimum. Jika terjebak dalam praksis belajar yang hanya mengedepankan nilai semata, tidak ada nilai tambah apapun pada diri jika ketujuh kemampuan tersebut tidak dikembangkan.

Kecakapan leadership merupakan kemampuan untuk memimpin pikiran, fisiologi, dan sikap mental. Perlu ada reformasi diri untuk menumbuhkan leadership dalam diri karena kecakapan untuk memimpin orang lain hanya ada jika bisa memimpin diri sendiri. Integritas diri mesti dikembangkan untuk meningkatkan kecakapan leadership dalam memimpin pikiran, mental dan fisiologi kita sendiri.

Kecakapan relasional merupakan kecakapan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Tanpa kecakapan relasional, kepintaran hanya ada dalam diri sendiri sehingga menghambat pencapaian kesuksesan. Ada dua pintu yang mesti dimanfaatkan untuk membangun kecakapan relasional yakni pintu komunikasi dan pintu sikap perilaku. Kecakapan memanfaatkan pintu komunikasi membantu dalam mengomunikasikan apa sementara kecakapan memanfaatkan pintu sikap perilaku membantu bagaimana mengomunikasikannya.

Prinsip yang terakhir adalah Maximum Pembelajaran, merupakan usaha untuk terus mempelajari berbagai hal dengan cepat karena segala hal bisa berubah dengan sangat cepat. Maximum pembelajaran dapat berlangsung dari lingkungan, mengcopy dari orang-orang tertentu yang dijadikan sebagai role model, dan belajar dari imajinasi.

Setengah Hati + Setengah Aksi = Nol

Dalam buku tersebut, Danang menyatakan, dalam ilmu matematika, hasil dari setengah ditambah setengah adalah satu, tetapi dalam usaha untuk memaximumkan potensi diri, aksi atau usaha yang setengah yang dilakukan dengan setengah hati tidak akan menghasilkan apapun atau hasilnya adalah nol.

Untuk mahasiswa yang menurut Danang kebanyakan tidak memiliki ambisi apapun untuk sukses saat masih kuliah dan seolah menyerahkan perjalanan hidupnya pada nasib yang tidak ditentukan oleh dirinya, Danang menjelaskan bahwa nasib seseorang ditentukan oleh pilihan sikap dan tindakannya sendiri. Tuhan sudah menciptakan kita dengan segala potensi yang ada sehingga nasib kita selanjutnya untuk sukses tergantung cara kita untuk mendayagunakan potensi yang tersedia. Potensi sukses seseorang juga tidak bisa diukur dari bakat yang dimiliki karena bakat bukan bawaan alami tetapi merupakan kecenderungan yang tercipta karena lingkungan.

Untuk sukses, seseorang harus memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya dengan segenap hati dan aksi yang maksimal. Tidak akan ada gunanya atau tidak ada hasil apapun yang diperoleh jika melakukan usaha memaksimalkan potensi diri dengan cara setengah hati, yang hanya akan menghasilkan tindakan setengah aksi atau tidak benar-benar dilakukan.

Jadi, jika ingin sukses, potensi yang ada dalam diri harus dimaksimalkan agar ketika kesempatan untuk sukses itu datang, sudah ada kesiapan (maximum potensi) dalam diri. Seperti yang dikatakan banyak pihak, sukses itu ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Ketika berusaha untuk memaksimalkan potensi diri, entah sejalan atau tidak dengan keempat prinsip yang ditawarkan Danang Girindrawardana, segenap hati atau niat mesti dikerahkan agar usaha atau aksi untuk mengembangkan potensi diri tidak dilakukan setengah-setengah. Hasil tidak menghianati proses, begitu kata sebagian orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *