19 Tahun Menapak Dunia

Oleh: Zhindi Klali

Mentari berlalu meninggalkan langit kian samar. 18 tahun terasa begitu cepat. Berlalu dan berakhir dalam sekejap. Rasanya baru kemarin aku menuliskan curahan hatiku tentang perjalanan hidupku dikala itu, hari ini waktu kembali berlalu 10 September menjadi hari yang kunantikan.

Yaa… 19 tahun sudah kutapaki bumi ini, dalam setiap hembusan napas terselip sebuah cerita, hiruk-pikuknya dunia telah membentuk diriku menjadi aku yang hari ini. Jika tahun kemarin aku terjebak di persimpangan yang membawaku terhanyut dalam kebingungan, tak tau arah mana yang harus kutempuh untuk membawaku pada tujuan sejati, tahun ini menjadi hadiah terindah bagiku. Aku menemukan cahaya yang membawaku perlahan
melangkah walau terkadang keraguan masih berbisik , “Apakah ini jalan yang telah ditentukan bagiku?”

Tahun ini memberiku banyak pelajaran dalam menemukan arti hidup. Berjalan dalam kesendirian, ditemani tanya dalam benak. Memeluk tubuh yang hampir runtuh, aku berjalan dalam kebimbangan. Berlalu menorehkan sebuah babak baru dalam perjalananku.

Banyak tanya terselip dalam diam, banyak ingin terbungkam.

Mama….
Aku kini diperhadapkan dengan dunia yang berbeda.
Di keheningan malam aku tak lagi menangisi kemana kaki ini harus melangkah tetapi bagaimana harus terus melangkah.

Ma… percaya diriku yang kadang datang seperti ombak, menghantam pantai lalu kembali seperti pengecut. Bayang-bayang keraguan menyelimuti, rasanya ingin bersembunyi lalu hilang. Aku terdiam bodoh, menjejaki setiap tumpuan batu yang kutemui dalam kegelapan, tangisan menjadi temanku. Hingga aku terbiasa dengan kegelapan itu, kakiku tak lagi tersandung. Aku sudah mampu mengukir senyum meski terkadang masih sering jatuh. Langkah terus kukayuh perlahan namun pasti.

Aku masih terus belajar agar selapang Ibu yang terus mendekap walau kebahagiaannya terengut. Menata dengan baik setiap langkah yang harus kutempuh hingga lupa menata langkahnya

Aku tak sendiri. Di tengah keramaian Kota yang tak pernah sepi, aku dikelilingi orang-orang yang memelukku dengan cinta, membimbingku lewat kata dengan semangat tak kunjung pudar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *