Biaya Pengadaan Seragam Khusus Sekolah dan Olahraga Saat PPDB Bukan Pungli

Menanggapi pemberitaan berjudul Ombudsman NTT Buka Posko Pengaduan PPDB TP 2024/2025 yang dipublikasi media ini sebelumnya, nttpos.com telah dihubungi sejumlah sekolah yang menyampaikan jika pengumuman PPDB yang telah mereka sebarkan berisi informasi pengadaan seragam khusus sekolah dan seragam olahraga yang biayanya mesti dibayarkan calon siswa saat pendaftaran ulang sehingga mereka khawatir jika pungutan yang akan dilakukan saat PPDB nanti bisa dikategorikan sebagai pungutan liar.

Kepada nttpos.com saat dikonfirmasi pada Selasa (18/06/2024) malam, Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton menyampaikan, pihak sekolah bisa menerima pembayaran dari calon siswa baru atau orang tua/wali calon siswa saat proses PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) untuk kepentingan pengadaan seragam khusus sekolah dan seragam olahraga.

Menurut Darius, seragam khusus sekolah dan olahraga memang harus dipesan atau dibeli oleh sekolah karena memang tidak mungkin bagi siswa atau orang tua/wali untuk masing-masing memesan atau membeli sendiri.

Sementara, jelas Darius, pihak sekolah tidak dibolehkan untuk memungut biaya pengadaan seragam nasional dan pramuka karena bisa dibeli sendiri oleh siswa atau orang tua/wali.

Meski begitu, Darius juga menyetujui jika ada pihak sekolah yang menyelenggarakan PPDB tanpa memungut biaya apapun termasuk biaya pengadaan seragam khusus sekolah dan olahraga, dan baru melakukan sosialisasi mengenai pengadaan seragam khusus sekolah dan olahraga untuk didiskusikan dan disepakati soal biaya dan teknis pengadaannya bersama orang tua/wali (komite) dalam pertemuan/forum bersama setelah anak-anak mereka sudah diterima.

“Tergantung sekolah masing-masing ya. Silahkan panitia PPDB di sekolah masing-masing atur.” kata Darius.

Sementara itu, salah satu guru di SMKN 5 Kota Kupang mengharapkan agar pihak Ombudsman NTT berkoordinasi dengan pihak dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota agar secara tegas melarang adanya pungutan termasuk untuk pengadaan seragam khusus sekolah dan seragam olahraga dalam proses PPDB.

Bagi guru yang ingin namanya dianonimkan itu, ada pihak tertentu yang biasanya memanfaatkan kepentingan pengadaan seragam olahraga dan seragam khusus sekolah yang dipesan/dibeli dalam jumlah banyak untuk mendapatkan keuntungan pribadi sehingga memanfaatkan momemtum PPDB untuk melakukan pungutan dengan jumlah yang kadang relatif lebih dari seharusnya.

Menurutnya, sudah seharusnya sekolah mulai mengajarkan soal transparansi dan demokrasi dimulai dari ketika siswa baru saja diterima sehingga lebih tepat jika diskusi dan kesepakatan soal kebutuhan biaya pengadaan seragam khusus sekolah dan olahraga, termasuk hal lain semacam, dilakukan dalam forum bersama yang melibatkan orang tua/wali termasuk siswa sehingga yang juga perlu dilakukan oleh Ombudsman NTT adalah ikut mendorong pemangku kepentingan sekolah agar transparansi diwujudkan sebagai budaya sekolah di NTT.

“Siswa dan orang tuanya yang butuh untuk masuk sekolah baru sebaiknya jangan langsung dihadapkan dengan pungutan-pungutan meski itu tidak menyalahi aturan. Lebih tepat jika dibahas bersama nanti bersama dengan agenda sekolah yang lain sehingga siswa juga belajar soal demokrasi dan transparansi. Saya harap Ombudsman NTT yang sudah berbuat banyak untuk kemajuan pendidikan di NTT berani minta agar pemangku kepentingan sekolah di NTT budayakan transparansi di sekolah. Pengelolaan dan pertanggungjawaban sumberdaya yang ada di sekolah atau yang berasal dari warga sekolah itu harus melibatkan orang tua dan juga siswa. Jangan hanya guru- guru sendiri yang atur baru siswa atau orang tua ikut, atau bahkan hanya satu dua guru yang atur dan putuskan untuk diikuti begitu saja oleh siswa atau orang tua, misalnya termasuk pungutan untuk pengadaan seragam khusus sekolah dan olahraga ini. Semoga ini juga jadi perhatian Ombudsman NTT.” harapnya.

Ombudsman NTT Buka Posko Pengaduan PPDB TP 2024/2025

Pihak Ombudsman RI Perwakilan Provinsi NTT membuka posko pengaduan bagi masyarakat yang ingin melaporkan berbagai permasalahan yang ditemui selama proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pembelajaran (TP) 2024/2025 di SD, SMP, Madrasah, dan SMA/SMK se-NTT yang akan berlangsung sejak 19 Juni hingga 10 Juli 2024.

Sesuai informasi yang disampaikan Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi NTT, Darius Beda Daton dalam grup diskusi Humas Ombudsman NTT, masyarakat bisa melaporkan masalah dalam proses PPDB dengan cara mendatangi langsung kantor Ombudsman NTT untuk melapor atau melalui nomor whatsapp 08111453737 dan akun media sosial lain milik Ombudsman NTT.

Permasalahan yang bisa dilaporkan antara lain: Pungutan Liar (Pungli) pengadaan seragam, iuran, dan pungli lain semacam; ketiadaan sosialisasi PPDB; kendala aplikasi pendaftaran, masalah zonasi seperti penggunaan kartu keluarga dan masalah semacam, serta lambannya proses verifikasi; siswa titipan, penerimaan jalur prestasi, penerimaan jalur afirmasi, dan penerimaan jalur lain yang tidak sesuai ketentuan; dan sarana prasarana yang tidak memadai, penambahan rombongan belajar, dan masalah lain semacam.

Darius juga menyampaikan, pihak Ombudsman NTT melalui tim terkait akan melakukan kunjungan langsung ke sejumlah sekolah yg melaksanakan PPDB mulai dari SD, SMP, SMA/SMK dan Madrasah.

Darius yang dikonfirmasi nttpos.com pada Selasa (18/06/2024) malam menambahkan, pihak Ombudsman NTT akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan prov/kab/kota, kandep agama dan Lembaga Pengendali Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTT agar bersama-sama mengawal proses PPDB supaya berlangsung sesuai aturan sehingga tidak merugikan calon peserta didik baru.

Darius juga menyampaikan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota jika ada masyarakat yang menyampaikan keluhan atau melaporkan masalah terkait proses PPDB.

NTT Pos Bantu Sekolah Gelar PPDB Online Mandiri

Pihak media NTT Pos siap membantu pihak sekolah yang ingin menggelar PPDB online secara mandiri jika sekolah memiliki program untuk membantu/meningkatkan keterampilan digital calon siswa atau orang tua diantaranya melalui proses PPDB online.

Hingga saat ini, sudah ada 6 sekolah yakni SMAN 1 Fatuleu Tengah, SMAN 1 Takari, SMAN 1 Amarasi, SMAN 1 Amarasi Timur, SMAN 3 Macang Pacar, dan SMPN Piebulak yang bekerja sama dengan media NTT Pos untuk menggelar PPDB secara online.

Salah satu kepala sekolah dari 6 sekolah tersebut menyampaikan, meskipun sekolah mereka berada di luar Kota Kupang yang tidak diwajibkan menggelar PPDB secara online, para guru ingin agar siswa dibiasakan untuk mencari informasi terkait kepentingan sekolah/belajar mereka diantaranya melalui proses PPDB secara online.

“Saat ini mau cari informasi beasiswa, atau mau cari informasi dan daftar kuliah, semua serba online. Kami yang guru saja kadang-kadang masih kesulitan untuk hal-hal yang sifatnya online. Jadi kami juga mau anak-anak kami dibiasakan dengan proses yang demikian makanya siap untuk gelar PPDB secara online.” katanya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *