Membangun Literasi dari Pekarangan Rumah: Kisah Saya Sebagai Relawan di NTT

Oleh: David Nubatonis

Namaku David Nubatonis. Saya lulusan baru dari Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusa Cendana. Saat ini saya bekerja sebagai teaching instructur di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fortuna English Course. Meskipun jadwal kuliah dan mengajar cukup padat, ada satu kegiatan yang selalu saya nantikan setiap minggunya: mengajar literasi dan numerasi untuk anak-anak di depan rumah saya pada tahun 2021 hingga sekarang.

Semuanya bermula ketika pandemi COVID-19 melanda. Kebijakan belajar dari rumah yang diharuskan pemerintah ternyata memunculkan masalah serius bagi banyak anak di lingkungan saya. Saya masih ingat betul perasaan terkejut dan prihatin yang saya rasakan pada tahun 2021, ketika menemukan enam orang anak kelas 4 SD yang belum mengenal huruf sama sekali.

“Bagaimana mereka bisa mengikuti pelajaran jika membaca saja belum bisa?” pikir saya saat itu. Keprihatinan ini mendorong saya untuk tidak hanya berdiam diri. Saya mengajak komunitas Rotaract Kupang Fortuna dan Rotary Kupang Central untuk berkolaborasi membuat program literasi dan numerasi, serta mengadakan perpustakaan mini di depan rumah saya.

Setiap Minggu sore, halaman rumah saya berubah menjadi kelas terbuka. Anak-anak berdatangan dengan semangat, membawa buku dan alat tulis mereka. Ada yang masih belajar huruf, ada yang berlatih membaca, hingga yang sudah mulai belajar memahami teks. Saya mengajarkan mereka satu per satu, menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Kegiatan literasi dan numerasi setiap Minggu sore di halaman rumah penulis.

Bagian tersulit dalam proses ini adalah melatih anak-anak untuk menceritakan kembali apa yang telah mereka baca. Seringkali mereka hanya membaca tanpa memahami isinya. “Coba ceritakan kembali apa yang baru kamu baca, dengan bahasamu sendiri,” saya selalu mendorong mereka. Meskipun sulit, saya terus berusaha melatih kemampuan ini karena pemahaman makna adalah inti dari literasi.

Ilmu yang saya pelajari di perkuliahan dan pengalaman mengajar di Fortuna English Course sangat membantu saya dalam menjalankan kegiatan ini. Saya menerapkan berbagai metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk anak-anak, sehingga mereka tidak merasa sedang “belajar” tapi sedang “bermain” sambil belajar.

Tantangan utama yang saya hadapi adalah jumlah anak yang terus bertambah, sementara tenaga pengajar hanya saya sendiri. Kadang-kadang, kakak atau teman-teman saya ikut membantu, tapi mereka tidak bisa hadir setiap minggu. Saya sering kewalahan mengajar sendirian, namun melihat antusiasme anak-anak membuat saya tetap bersemangat.

Yang paling membahagiakan bagi saya adalah melihat kemajuan mereka. Anak-anak yang dulu tidak mengenal huruf, kini sudah bisa membaca. Mata mereka berbinar ketika berhasil membaca sebuah kalimat utuh tanpa bantuan, dan saat itulah saya merasa semua usaha ini tidak sia-sia.

Anak-anak selalu bersemangat dan saling mendukung.

“Pak David, beta su bisa baca buku ini sendiri!” ucap salah satu anak dengan bangga suatu hari. Momen-momen seperti ini yang membuat saya terus bertahan, bahkan ketika lelah karena harus membagi waktu antara kuliah, bekerja, dan mengajar di perpustakaan mini ini.

Saya percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Perpustakaan mini di depan rumah mungkin terlihat sederhana, namun dampaknya pada kehidupan anak-anak ini bisa sangat berarti. Sebagai mahasiswa pendidikan bahasa, saya memahami betul pentingnya literasi sebagai fondasi pendidikan. Jika tidak bisa membaca dengan baik, bagaimana mereka bisa mempelajari mata pelajaran lainnya?

Saya berharap kedepannya lebih banyak relawan yang bergabung dalam program ini. Saya juga bermimpi bisa memperluas jangkauan program, tidak hanya di sekitar rumah saya, tapi juga ke daerah lain di NTT yang membutuhkan. Meski saya masih mahasiswa dan keterbatasan masih banyak, saya percaya bahwa dengan semangat dan kerja sama, kita bisa membangun fondasi literasi yang kuat untuk anak-anak Indonesia, dimulai dari Kupang, NTT.

Saya, David Nubatonis, akan terus berjuang untuk literasi. Karena bagi saya, setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk mencintai buku dan membuka jendela dunia melalui membaca.

 

 

 

*Penulis saat ini bekerja sebagai teaching instructur di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fortuna English Course.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *