Nai’ Fane

Oleh: Leksi Salukh & Simon Seffi

Jauh sebelum ada periuk berbahan besi (campuran besi) maupun tembaga dan aluminium, masyarakat Timor terutama yang tinggal di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT menggunakan alat masak yang disebut Nai’ Fane atau Nai’ Klofo.

Nai’ Fane atau Nai’ Klofo adalah bahasa Timor atau yang biasa disebut sebagai bahasa dawan. Nai’ artinya periuk. Media ini kesulitan untuk mendapatkan arti dari kata fane. Tetapi dalam sebuah diskusi bersama Oni Y. H. Tenis, salah satu teman muda asal Desa Pili, Kecamatan Kie, TTS, Oni menduga, kata fane bisa jadi merujuk pada sebutan terhadap sesuatu benda dengan bentuk setengah bola, persis seperti bentuk tempat makan orang TTS dulu yang terbuat dari buah pohon tertentu sejenis labu, yang isinya bisa dibuat sayur sementara kulitnya akan mengeras menjadi cangkang saat tua. Tempat makan itu, jelas Oni, biasa disebut sebagai fane boko. Boko artinya labu. Bisa jadi karena bentuk periuk itu terlihat seperti fane boko, makanya juga disebut nai’ fane. Sementara klofo artinya tanah. Jadi nai’ klofo berarti periuk tanah atau periuk yang terbuat dari tanah.

Markus Boiyani, salah satu warga Poli, Desa Nobi-nobi, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten TTS kepada media ini beberapa waktu lalu menjelaskan, dulu, untuk memiliki nai’ fane, orang Timor mesti menggunakan kemampuan autodidaknya untuk membuat nai’ fane dengan beragam bentuk yang unik dengan cara mengambil lumpur pilihan, sejenis tanah liat, lalu dibentuk sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan untuk kemudian dibakar hingga kering dan kuat. Setelahnya, nai’ fane sudah bisa dipakai untuk keperluan masak sehari-hari.

Jagung, kacang, umbi-umbian, daging, dan segala jenis makanan akan memiliki rasa yang lebih lezat jika dimasak dalam nai’ fane. Air minum juga dijerang dalam nai’ fane. Tak hanya untuk masak, nai’ fane juga digunakan sebagai wadah untuk mengambil dan menampung air. Madu hutan juga disimpan dalam waktu yang lama pada nai’ fane.

Obat-obatan tradisional memiliki khasiat yang luar biasa jika ramuannya dimasak dalam nai’ fane. Ada pembaca yang mungkin sangsi pada khasiat obat-obatan tradisional Timor, tetapi mungkin pernah mendengar atau melihat orang tertentu yang sembuh setelah dirawat menggunakan obat-obatan tradisional meski tulang belulangnya hancur. Ada orang tertentu yang menghindari amputasi sesuai rekomendasi dokter dan memilih dirawat menggunakan obat tradisional, dan biasanya sembuh.

Pembaca tentu sudah tahu, ramuan obat- obatan tradisional yang digunakan itu memang hanya boleh dimasak dalam nai’ fane. Makanya saat ini ketika periuk pabrikan sudah lebih diminati masyarakat, nai’ fane mungkin hanya bisa ditemukan di rumah atau ume bubu (rumah tradisional orang Timor yang bentuknya seperti kerucut) yang anggota keluarganya mungkin sementara mengonsumsi obat-obatan tradisional. Nai’ fane mungkin akan terus ada selagi masih ada yang meramu obat tradisional Timor.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *