Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Dengan demikian guru-guru yang mengikuti program ini adalah guru yang terpilih dan terseleksi karena memiliki kelebihan untuk menjadi “pemimpin”.
Karena menjadi calon pemimpin atau sudah jadi pemimpin, minimal mereka memiliki nilai dan peranan yang unggul antara lain: mandiri, kolaboratif, inovatif, reflektif, dan berpihak pada murid.
Guru-guru Penggerak ini diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, dan mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan, tanpa harus menunggu ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas (mandiri).
Selain itu seorang Guru Penggerak mampu membuat gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu sehingga perlu keterbukaan terhadap gagasan serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang bisa mendukung proses, dan menemukan solusi (inovatif). Dan, yang pasti , guru penggerak harus bisa bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan dan menciptakan perubahan (kolaboratif).
Nilai-nilai itulah yang membuat guru penggerak mempunyai moto “Tergerak, Bergerak dan Menggerakan”.
Semangat tersebut yang kemudian mendorong Pak Guru Chessy A. Patty, S.Pd., guru penggerak dari SMP Negeri 4 Takari dan Pak Guru Handrianus Josef Hae Jami, S.Pd, M.Ling., guru penggerak asal SMA Negeri 2 Kupang Timur untuk berkolaborasi membuat penghijauan bersama siswa dan tokoh masyarakat sekitar di Desa Kauniki, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, NTT pada Sabtu (27/01/2024) beberapa waktu lalu.
Pak Guru Chessy mengkoordinir para siswanya yang tergabung dalam Komunitas Bocil (Bocah Pecinta Lingkungan) SMPN 4 Takari. Sementara Pak Guru Handrianus bersama para siswanya dalam Komunitas Gemciling (Gerakan Milenial Pencinta Lingkungan). Pak Guru Chessy dan Pak Guru Handrianus saat ini merupakan Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan di sekolah masing-masing. Keduanya adalah guru yang selama ini aktif dalam kegiatan-kegiatan penghijauan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Keduanya juga sementara menjadi Calon Guru Penggerak (CGP) dalam Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 di Kabupaten Kupang.
Rombongan Gemciling dari SMAN 2 Kupang Timur bertolak dari Kelurahan Naibonat, Kecamatan Kupang Timur sekira pukul 07.45 Wita menuju Desa Kauniki, Kecamatan Takari dan tiba sekira pukul 10.20 Wita. Perjalanan yang ditempuh berjarak sekira 72 km.
Para relawan Gemciling yang berjumlah kurang lebih 85 orang sangat gembira dan bersemangat. Mereka membawa serta peralatan linggis dalam mobil pikap yang ditumpangi. Sedangkan anggota rombongan lain menggunakan motor dan mobil pribadi. Sementara relawan tuan rumah dari Komunitas Bocil menunggu dan menyambut di lokasi tanam dengan anakan dan juga linggis yang sudah disiapkan. Ratusan anakan trambesi, ketapang kencana, dan beringin yang disiapkan adalah sumbangan pihak Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Benenain-Noelmina dari lokasi Persemaian Permanen Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.
Dalam aksi penghijauan yang mereka lakukan, turut hadir pihak Pemerintah Desa Kauniki yang diwakili Sekretaris Desa bersama sejumlah perangkat desa, Kepala SMPN 4 Takari bersama bapak dan ibu guru, Pihak Komite SMPN 4 Takari, dan bebrapa guru dari SMAN 2 Kupang Timur.
Kegiatan penanaman dimulai dengan acara pembukaan yang dipandu oleh Ibu Guru Elfira Kette dan dilanjutkan dengan sambutan oleh yang mewakili Pemerintah Desa Kauniki, Bapak Yoksan Sonbai.
Dalam sambutanya, Bapak Yoksan berterima kasih kepada seluruh relawan karena dengan rela dan iklas hati datang menghijaukan desanya. Beliau berharap kegiatan positif tersebut membuahkan hasil sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak teristimewa warga Desa Kauniki beberapa tahun ke depan.
Selanjutnya tokoh adat Bapak Daniel Saefatu yang sekaligus mewakili isi hati keluarga besar SMP Negeri 4 Takari karena beliau juga sebagai wakil ketua komite sekolah memberi sambutan.
Dalam sambutannya, Bapak Daniel mengapresiasi relawan Komunitas Bocil dan Gemciling yang sejak kecil sudah mulai mencintai lingkungan. Apresiasinya disambut tepuk tangan meriah dari semua relawan.
Bapak Daniel juga berharap, kerja sama antara Komunitas Bocil dan Gemciling tidak hanya sekali, tapi kalau dapat, bisa dilanjutkan untuk kegiatan positif lainnya.
Pak Guru Handrianus ketika menyampaikan sambutan mewakili relawan menyampaikan, dirinya merasa bangga dan terharu atas keramahtamahan dan penghormatan dari pemerintah desa, tokoh adat, dan kepala sekolah serta para guru dan semua siswa di SMPN 4 Takari.
Pak Guru Handrianus juga menjelaskan cikal bakal kolaborasi yang mereka lakukan. Ia menjelaskan, akhir-akhir ini mata dunia (PBB) sedang tertuju pada pemanasan global dan bencana perubahan iklim yang mana dampaknya membuat semua pihak menjadi tidak nyaman, karena makin hari bumi menjadi makin panas sehingga perlu tindakan-tindakan solustif.
“Lebih jauh kita amati salah satu penyebab pemanasan global adalah degradasi lahan dan kebakaran Hutan, karena itu ketika bicara panas, yang gampang kita bayangkan adalah kita berada dalam ruangan yang panas lalu kita keluar tepatnya di bawah pohon, maka kita akan sejuk dan sangat nyaman. Maka bicara panjang lebar soal pemanasan global, aksi nyatanya untuk menyelamatkan bumi dan sesama adalah tanam pohon. Makanya saya dengan teman saya pak Chesy harus tergerak, bergerak dan menggerakan.”. jelas Pak Guru Handrianus yang adalah Magister Lingkungan Jebolan Undana Kupang itu disambut tepuk tangan semua hadirin dan relawan.
Aksi tanam yang dilakukan ternyata diiringi hujan gerimis, seolah alam ikut mendukung kegiatan penghijauan yang mereka lakukan. Pak Guru Chesy mengungkapkan, pengalaman bersama Komunitas Bocil dan Gemciling akan selalu dikenang, dan biarlah Tuhan memberkati semua niat baik mereka dalam usaha untuk ikut memelihara alam.
(Tim)