Ibadat Nataru SMAN 1 Kupang Barat, Kita Terpanggil Pada Betlehem

Liputan Amatus Bhela

Keluarga besar SMA Negeri 1 Kupang Barat mengawali kegiatan pembelajaran semester Ganjil tahun pelajaran 2024/2025 dengan ibadat syukuran Natal dan Tahun Baru (Nataru) pada Sabtu (11/01/2025). Ibadat berlangsung di aula sekolah, dipimpin oleh Pdt. Daddy Syariadi Pakh,S.Th, Ketua Majelis Jemaat Tanaloko Kupang Barat. Ibadat dihadiri oleh segenap guru dan pegawai, para siswa serta undangan.

Pdt. Daddy dalam kotbahnya, menekan pada pesan warta dari tema Natal 2025  yang diusung  KWI dan PGI, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem”. Menurutnya, Betlehem menjadi obyek pikiran yang tertuju kepada tempat ini (Betlehem). Diuraikan bahwa ada ajakan supaya pergi ke betlehem. Kalimat marilah kita pergi ke Betehem adalah suatu kalimat aktif. Ada tujuan.  Beliau mengkritisi sikap manusia saat ini yang mudah terpengaruh dengan berbagai ajakan.

Pdt. Daddy Syariadi Pakh, S.Th saat memimpin Ibadat (Foto Amatus Bhela).

“Sekarang ini manusia gampang diajak. Diajak untuk melakukan apa saja, apalagi kalau itu bersinggungan dengan materi, bersinggungan dengan sesuatu yang berbau   famous (ketenaran). Bahkan ada yang berdesak-desakan dan mau bakalai (berkelahi) karena mau menerima bantuan.” ungkapnya. Di Betlehem juga ada berita yang luar biasa. Bahkan kalau waktu itu ada face book, maka banyak yang pergi ke Betlehem buat konten karena di sana Raja dilahirkan. Orang pasti senang dan berlomba-lomba untuk melihat Sang Raja.

Dijelaskan bahwa Betlehem artinya rumah roti. Diartikan juga rumah yang ada berkat,  tempat di manan orang kenyang, tempat di mana ada kehidupan. Rumah yang mendapat  kehidupan. Setidaknya ada dua catatan tentang Betlehem, ujarnya.  Pertama, di dalam kitab Samuel saat pengurapan raja Daud terjadi di Betlehem.  Betlehem menjadi sentral agama samawi (Islam, Protestan, dan Katolik). Agama-agama itu berkumpul di titik di mana masyarakat berada di level tertinggi. Raja itu ada di Betlehem sebuah desa kecil, bukan di Yerusalem, sebuah kota  besar. Betlehem menjadi tempat pusat kerajaan termasyur sebelum pecah menjadi dua kerajaan di zaman Salomo. Kedua,  ketika ibu Rut dan ibu Naomi, mereka kehilangan suami-suami mereka,  mereka memilih untuk kembali ke kampung halaman bernama Betlehem.  Selain itu, dalam Mika 5 : 1 ada nubuat tentang Betlehem menjadi suatu kota yang luar biasa, menjadi tempat  kelahiran raja damai, besar kekuasaannya. Ini sudah tercatat dan banyak orang yang sudah tahu. Mereka yang pintar, orang yang belajar tentang kitab nubuat-nubuat. Kemudian Betlehem adalah tempat di mana orang-orang keturunan raja Daud selalu kembali setiap tahun untuk sensus penduduk.  Betlehem menjadi tempat yang dituju oleh banyak orang.

Pendeta dengan suara menggelegar  memberikan catatan refleksi tentang para gembala. Diungkapkan, bahwa yang luar biasa, marilah ke betlehem adalah suara dari gembala yang latar belakangnya orang yang pendidikan terbelakang, orang yg tidak tahu tentang nubuat, Mengapa mereka diajak pergi ke Betlehem. Mereka orang-orag yang tidak diperhitungkan sama sekali, Orang yang tidak punya hak menjadi warga negara, tidak terhitung dalam urutan daftar sila-silah. Namun sikap mereka direspon dengan kalimat yang luar biasa. Marilah pergi menuju ke kandang tersebut. Justru respon mereka  ini sebagai kalimat harapan. Harapannya adalah pada nyayian para malak atau malaikat.  Nyanyian itu adalah “Kemuian bagi Allah di tempat maha tingggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang bekenan pada-Nya”. Respon positif para gembala bersumber dari para malaikat  surga.  Yang mejadi harapan mereka adalah  damai sejahtera. Kata marilah adalah respon untuk meraih harapan damai sejahtera, tempat pertama rumah kedamaian. Di sana ada damai dan  sejahtera.

Lebih lanjut beliau menjelaskan makna dari damai dan sejahtera. Pertama damai; bahwa sehebat apa pun juga, hidup dalam rumah tangga, kalau tidak ada damai, tidak akan tenang. Sehebat-sebatnya guru kalau ada lingkungan yang toksit, jika tiidak ada damai, maka kepintarannya menjadi nol. Sehebat hebatnya anak, kalau dalam rumah tangga  ada bakalai (berkelahi), mabuk-mabukan, maka harapan akan nol. Damai dalam konteks gembala, tegasnya, mereka tidak lagi menjadi perampas  lokasi untuk ternak kawanan domba. Damai menjadi harapan dan cita-cita yangg waktu itu belum kesampaian.  Banyak orang yang belum mencapai kedamaian. Atau ada prasamgka sehingga damai lari dari kita punya hidup.

Kedua sejahtera. Kenapa sekolahkan anak. Sekolah supaya kita tidak dapat tipu dari orangl ain, itu kamu flase. Kasi sekolah agar hidup  sejahtera. Jika sekolah ada pilihan, ada kemungkinan yang baik untuk dikerjakan atau memperoleh posisi tertentu, dapat gaji, punya kesempatan pada level tertentu karena pendidikan. Orang berupaya  untuk sejahtera.

Diuraikan lebih lanjut, tentang makna teologis dari Betlehem. Dikatakan, marilah ke rumah roti (Betlehem) harus ada tindakan aktif dari orang yang mendengar berita. Mau pintar tapi tidak kerja PR, tidak jadi, tanganga (bodoh). Aktif marilah untuk mencapai sejahtera. Tujuan harus ada pada diri kita.  Damai sejahtera itu terletak di mana?  Di sini dijawab oleh para malaikat dalam nyanyian, di antara manusia yang berkenan kepada Tuhan. Damai tidak jauh di antara kita, tapi mata kita tertutup sehingga tidak melihat dalam diri  antara kita yang terdekat.  Berita tentang kehidupan dan kehadiran Sang Raja  yang membawa damai sejahtera, tidak terjadi kalau diantara kita ada prasangka buruk. Ketika kita sadar bahwa tindakan aktif memanggil kita untuk menuju ke rumah sejahtera (Betlehem) untuk melihat Sang Raja yang lahir, maka kita harus memperbaiki kerja sama.

Dalam konteks SMA N 1 Kupang Barat, pdt. Daddy mengajak untuk menciptakan relasi dan kerja sama yang baik. “Jalin relasi yang dipikiran untuk kerja sama, baik karena paksaan, kedudukan, tujuan kecil, tujuan pribadi dan golongan. Tapi terlepas dari itu, membangun kerja sama adalah cita-cita yang terjadi. Dikaitkan dengan makna Natal, ia menguraikan bahwa kerja sama adalah inspirasi dari Allah untuk mendatangkan perkumpulan dari orang elit sampai gembala. Bukan saja dari kota besar seperti Yerusalem, tapi sampai ke kampung kecil yang bernama Betlehem. Relasi bukan pada relasi kuasa, bukan berdasar pada kepentingan, tetapi pada tujuan yg mulia.  Karena relasi kepentingan, kita semua sudah jalani.

Tujuan kita adalah tujuan damai sejahtera. Di antara kita harus menjaga relasi yang baik. Di awal tahun 2025 ini saya mengajak kita bangun kerja sama yang baik, tidak menjadi suatu perintah yang monolog dari satu orang tapi dialetik. Ada dialog yang terbangun. Bagaimana membangun dialog. Pertanyakan dan terus bertanya adalah bagian untuk mencari dialog di dalam kehidupan orang yang mau maju. Ketika lingkunganmu menjadi lingkungan yang pasif dan tidak bertanya, tidak memberikan respon apapun atas perjuangan, maka di situ kita ada pada kemunduran.  Ungkapnya. Lebih lanjut ditegaskan, bahwa untuk mencapai damai sejahtera dan membangun kerja sama harus ada dialog. Dan dialog itu dimulai dari  bertanya. Anak sekolah mulai hari ini apa yang kamu tidak tahu bertanyalah pada gurumu. Apapun menjadi pergumulanmu ceritakan. 80 persen bapak ibu guru adalah teman seperjalanan dalam karya pengajaran. 20 persen adalah materi. Ditambahkan, sekolah menjadi tempat kritis yang pertama, sekolah menjadi tempat kritis untuk memulai dialog-dilaog, bukan saja di dalam lingkungan sekolah, tetapi dengan lingkungan di sekitar sekolah.

Mengutip berita terakhir tentang Betlehem saat ini, pdt. Daddy menyampaikan, terjadi kurang lebih Ada 10 ribu orang kehilangan pekerjaan oleh karena situasi konflik. Betlehem membuat kita berpikir, maka KWI dan PGI membawa kita pada diskusi ini. Betlehem bukan suatu sImbol saja yang tercatat  dalam Mikha, dalam Yesaya, kemudian pada saat  kelahiran Juru selamat Tuhan Yesus di sana. Tetapi Betlehem di masa ini yaitu Betlehem yang nyata sebagai suatu kota yang penuh dengan  berbagai ketimpangan sosial. 10 ribu orang kalau kehilangan  pekerjaan maka peluang-peluang makar, peluang orang melakukan hal  asusila, amoral, pencuri dan lain sebagainya itu terbuka sangat besar.  Kita terpanggil sebagai orang-orang yang punya hati pada Betlehem. Beliau mengajak hadirin untuk merenung tentang situasi Betlehem dalam konteks kehidupan sehari-hari. “Betlehem Betlehem kecil  lebih parah di mana-mana. Dampak dari perdagangan global, dampak dari situasi kita sekarang, di mana orang dengan gampang mengakses informasi membuat betlehem-betlehem dalam rumah tangga Kristen pun krisis terhadap  berbagai ketimpangan sosial. Krisis ini menjadi panggilan kita bercermin dari pada itu. Dunia kita sekarang membutuhkan angkatan kerja, dan dialog yang kritis dimulai dari sekolah, mempersiapkan anak-anak kita menjadi orang yang siap bertarung di luar sana.

Mengakhiri kotbahnya, ia mengajak hadirin meresponi panggilan untuk jadikan rumah kehidupan di setiap pemberhentian hidup .  Jadikan Betlehem terbebas dari berbagai ketimpangan sosial. Diingatkan kembali tentang nyanyian malaikat bukan nyanyian sekedar  peletakan suatu karangan bunga yang besar, emas di atas kepala seperti  mahkota, tetapi panggilan damai sejahtera yang sonde (tidak) di mana-mana, hanya diam di antara kita.

Pesan dan Kesan Kepala Sekolah

Kepala SMA negeri 1 Kupang Barat Hendrikus M. Buan, S.Pd dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih kepada panitia penyelenggara. “Apa yang kita lakukan ini adalah wujud dari pemahaman dan refleksi terkait dengan panggilan datang ke Betlehem.  Karena itu saya ucapkan terima kasih kepada panitia yang telah mengupayakan semua dari proses awal sampai selesai sehingga pagi hari ini, kita bisa selenggarakan kegiatan ini dengan baik”, ujarnya.

Kepala sekolah Hendrikus M. Buan, S.Pd (Foto oleh Amatus Bhela)

Diungkapkan, panitia telah bekerja baik dan telah menghimpun anak-anak untuk bisa bersyukur Natal tahun ini dengan baik. Dan saya pahami bahwa ini adalah kemampuan  bapak ibu guru merefleksikan  panggilan Tuhan untuk kegiatan ini.

Kepada bapak ibu guru yang akan menjadi panitia tahun berikutnya, diingatkan untuk bisa melihat kondisi saat ini bahwa apa yang dilakukan saat ini adalah ungkapan dari hati. Bukan karena orang lain yang  kita lakuka, tapi dari hati.  Beliau berpesan agar jangan meremehkan panggilan.  Karena panggilan ini adalah motivasi bagi kita. Diharapkan agar keluarga besar SMA Negeri 1 Kupang Barat, bahkan orang-orang yang hadir terinspirasi dengan panggilan.  Karena menurutnya, inspirasi yang didapat akan memberi penyemangat untuk melakukan  aktifitas menuju ke suatu tujuan.  Karena itu pintanya, jangan saling meremehkan. Jangan meremehkan yang lain. Jangan meremehkan panggilan ini. Pasti ada maksud dan tujuan yaitu  mencapai kehidupan yang sejahtera,

Kepala sekolah mengungkapkan rasa bangganya, karena banyak guru dan pegawai di lingkungan SMA Negeri 1 Kupng Barat tahun 2024 dan 2025 lulus PPG dan  PPPK. Nikmati keberhasilan itu sebagai rumah Betlehem. Kepala sekolah mengingatkan agar yang sudah dapat sertifikasi, PPPK,  jangan ogah-ogah  lagi datang ke sekolah. Itu pesan saya. Jadikan orang yang cerdas untuk memaknai panggilan. Siswa yang masih suka alpa-alpa itu teman-teman ajak, mari kita pergike Betlehem. Mengenali tempat ini sebagai tempat sejahtera yang memberi makan yaitu ilmu. Ilmu juga makanan. Orang yang cerdas pasti tidak meremehkan panggilan.

Pada kesempatan yang sama, Panitia di bawah koodinasi Semy Lani menyediakan diakonia kepada beberapa siswa dalam rangka turut memberikan kesejateraan lewat pemberian beasiswa yang bersumber dari dana komite dan donasi dari bapak ibu guru.

Para siswa penerima diakonia (Foto oleh Amatus Bhela)

 

 

*Amatus Bhela adalah penulis freelancer, saat ini tinggal di Kupang Barat NTT.

Amatus Bhela.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *