Entah siapa yang punya ide, Presiden Jokowi atau Presiden Terpilih Prabowo Subianto, hebat keduanya. Mempercepat pemanggilan calon menteri, wakil menteri, dan kepala badan, dua hari belakangan ini. Padahal belum dilantik. Dilantik baru pekan depan ini, 20 Oktober.
Semua isu yang beredar belakangan ini, tak hanya teralihkan, tertutup, tapi juga tertimbun begitu dalam. Semua mata, kamera, tertuju ke Kertanegara. Mereka yang datang dan pergi, disorot dan diwawancarai. Diskusi apa tadi, kapan ditelepon, nanti biar Bapak Presiden yang mengumumkan, “jawab standar mereka.
Ada juga sekelompok orang yang menyuarakan penangkapan Jokowi setelah tak menjabat lagi sebagai Presiden Republik Indonesia. Mereka berencana akan menyambut selesainya masa jabatan Jokowi, dengan penangkapan Jokowi. Entahlah, kok bisa begitu? Apa kesalahan yang dilakukan Jokowi, sehingga harus ditangkap?
Bagi mereka dosa-dosa Jokowi terlalu banyak untuk disebutkan. Suara ini terlihat dipimpin oleh Amien Rais, Marwan Batubara, Refly Harun, Roy Suryo, Rahma Sarita, Faizal Assegaf, dan lain-lain. Sayang, suaranya kecil sekali terdengar. Seperti orang berteriak di tengah rimba. Keras, tapi mereka saja yang mendengar.
Tapi, suara berbeda itu penting. Tapi, jangan pula sembarangan. Asal beda, asal bunyi alias asbun. Berbeda harus lebih cerdas dan kreatif. Masyarakat juga bisa menilai. Informasi sudah terbuka. Tak bisa kita saja yang merasa benar. Jatuhnya nanti hanya pada vonis sakit hati, suka tak suka, dendam, sehingga substansi berbedanya menjadi hilang.
Survei-survei opini publik sudah berseliweran. Faktanya, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi masih sangat tinggi. Mana bisa, disuarakan hendak ditangkap segala? Percuma saja panggung berbeda diisi dengan ide yang seperti itu. Panggungnya akan semakin sepi dan dianggap aneh.
Apalagi calon menteri, wakil menteri, dan kepala badan, yang hilir-mudik dua hari belakangan ini terlihat begitu kompeten, tak bermasalah. Hampir tak ada suara sumbang yang terdengar. Terkejut, iya ada. Istri Ahok, Veronica Tan, ternyata ikut juga dipanggil ke Kertanegara.
Diceraikan Ahok, kok malah diambil menjadi menteri yang bakal mengurus ibu dan anak pula? Agak sumbang. Tapi kan kita tak pernah tahu cerita yang sebenarnya seputar keluarga mereka. Lagian kan itu masalah pribadi, tak perlu terlalu dalam dikupas di ruang publik. Ahok sendiri kan malah menikah dengan mantan ajudannya sendiri?
Terlalu banyak, gemuk, iya juga. Dibandingkan dengan kabinet sebelumnya. Tapi hal itu sudah dijawab langsung oleh Prabowo. Kita ini negara besar. Sama besar dengan Eropa secara keseluruhan yang terdiri atas 27 negara. Timor Leste saja penduduknya 1,3 juta, menterinya ada 28 orang. Itu sama besarnya dengan Kabupaten Bogor, “jelas Prabowo suatu hari.
Entah benar entah salah pokoknya sudah dijawab. Prabowo menegaskan ingin membuat Kabinet Persatuan Indonesia. Ia ingin semua perwakilan elemen kekuatan bangsa ada di dalam kabinetnya. Ide yang layak juga untuk dicoba. Kiprahnya sangat dinantikan.
Memang hebat Jokowi, hebat Prabowo. Tapi kata pengkritiknya, tentu tidak. Saya mengira Prabowo hanya akan mengumumkan para pembantunya, sehari setelah ia dilantik. Tapi, ternyata tidak. Prabowo juga bisa bikin gimik, mengalihkan perhatian. Sudah benar-benar politisi dia.
Tapi mungkin itu idenya Jokowi juga. Entahlah, tapi Prabowo yang mendatangi Jokowi ke Solo, sebelumnya. Berarti, itu maunya Prabowo. Prabowo ingin maju sepekan memanggil calon menteri, wakil menteri, dan kepala badan, seperti juga pernah dilakukan Jokowi dan SBY dengan caranya masing-masing.
Pokoknya, keren habis. Bahkan rencana pertemuan antara Prabowo dan Megawati sudah terasa hambar. Antiklimaks. Tak lagi terlalu ditunggu-tunggu, apalagi dibahas tiap sebentar. Orang beralih membahas calon menteri-menterinya Prabowo.
Sri Mulyani, ternyata masih masuk. Prabowo mau, Sri Mulyani oke. Mereka sudah berdiskusi panjang. Pasar juga terlihat tenang. Tak ada gejolak. PDIP semakin memastikan bahwa pertemuan antara Megawati dan Prabowo sebelum pelantikan. Sudah dingin, tak hot lagi. Siapa mendatangi siapa, sudah tak penting.
Masih ada waktu bagi Prabowo untuk merevisi formasi kabinetnya, jika benar usai pertemuan Megawati dan Prabowo, PDIP masuk dalam kabinet Prabowo-Gibran. Tapi PDIP pun terlihat tak enak masuk, setelah keras-keras di awal, ternyata lembek juga di ujung. Publik akan menilai negatif terhadap protes PDIP selama ini.
NasDem pun terlihat juga meralat pernyataan-pernyataan selama ini. Secara moral NasDem tak punya hak menyodorkan nama calon menteri, tapi kalau diminta tentu saja NasDem siap. Katanya akan ada pula pertemuan empat mata antara Prabowo dan Surya Paloh dalam waktu dekat ini.
Entahlah, seperti kata politisi Romahurmuziy, semua akan Prabowo pada akhirnya. Semoga saja ini menjadi awal yang baik bagi Indonesia di masa depan.