SMAN 2 Kupang Timur Lolos Program SEA-CEP, 1 dari 10 Sekolah di Indonesia

SMA Negeri 2 Kupang Timur di Kabupaten Kupang adalah satu-satunya SMA di NTT yang lolos seleksi untuk mengikuti Training of Trainers Agent of Change for South East Asia Climate Change Education Programme (SEA-CEP) yang  programnya digagas oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Science (SEAQIS). Tim fasilitator dari program tersebut terdiri dari Dr. Elly Herliani, Dr. Dinny Mardiana, Meidina Rizkita, M.Si., dan Dewi Mayang Salshabylla, S.Pd.

Untuk mengikuti program tersebut, sekolah harus mengikuti seleksi super ketat yang dilaksanakan pada akhir Februari 2024. Sekolah yang lolos adalah sekolah yang memenuhi sejumlah kriteria khusus, antara lain, sekolah mempunyai kepedulian terhadap isu perubahan iklim dan pemanasan global, yang diukur dalam sebuah wawancara mendalam dan adu argumen antar sekolah tentang pengetahuan dasar lingkungan, ekosistem, serta pembangunan berkelanjutan.

Wawancara mendalam yang dimaksud antara lain pada isu seputar tantangan yang dihadapi di daerah berkaitan dengan upaya mengatasi krisis iklim dan pemanasan global, peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut, upaya yang pernah dibuat untuk mengatasi krisis iklim dan pemanasan global yang dibuktikan dengan jejak digital di media sosial, serta kesediaan mengikuti Pelatihan Pengajar Program Pendidikan Perubahan Iklim Asia Tenggara (SEA-CEP) baik secara daring selama 10 kali melalui zoom meeting maupun luring di kota Bandung pada 28 April hingga 4 Mei 2024.

Dari seluruh sekolah di Indonesia yang mengikuti seleksi, hanya 10 sekolah yang dinilai memenuhi syarat. SMAN 2 Kupang Timur adalah salah satunya.

Daftar 10 Sekolah yang Lolos Program SEA-CEP tahun 2024.

Tim yang diikutkan dari tiap sekolah terdiri dari 3 orang, yakni kepala sekolah dan 2 orang guru yang mengajar mata pelajaran IPA. SMAN 2 Kupang Timur mengutus “jagoannya” untuk mengikuti seleksi yakni Yulius Bera Tenawahang, S.Fil, M.Pd (Kepala Sekolah), Marlistiaty Parada Tolok, S.Pd, M.Si (Guru Biologi), dan Handrianus Josef Hae Jami, S.Pd, M.Ling (Guru Fisika).

SMAN 2 Kupang Timur sendiri saat ini merupakan sekolah dengan kategori sekolah hijau (green school) yang selalu peduli pada isu krisis iklim dan pemanasan global sejak 3 hingga 4 tahun terakhir ini. Berbagai aktivitas sekolah dalam mengatasi krisis iklim dan pemanasan global terekam secara digital di media sosial. Pihak sekolah terbukti memiliki kecintaan terhadap lingkungan hidup yang semakin hari terdegradasi akibat perilaku manusia (antropogenik) serta faktor alam seperti longsor, banjir, dan faktor sejenis lainnya.

“Paling tidak sejak 4 tahun terakhir ini kami secara masif mulai tergerak, kemudian bergerak dan menggerakan pihak lain agar berkolaborasi dan melakukan aksi perbaikan kualitas lingkungan.” kata Pak Hen, sapaan akrab  Handrianus Josef Hae Jami, S.Pd, M.Ling kepada media ini pada Selasa (26/03/2024).

Pak Hen menjelaskan, secara teori, penyebab pemanasan global dan krisis iklim itu sangat kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang berinteraksi, antara lain, deforestasi yakni penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan industri, pertanian, dan pemukiman manusia, yang menyebabkan hilangnya tutupan hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami, serta mengurangi kemampuan lingkungan untuk menyerap CO2 dari atmosfer. Berbarengan, tambah Pak Hen, konversi lahan alami menjadi lahan pertanian, kota, atau infrastruktur lainnya ternyata ikut mengurangi kemampuan lingkungan untuk menyerap karbon dan merusak ekosistem yang dapat membantu mengurangi efek pemanasan global.

Pak Hen juga menjelaskan, aktivitas pertanian intensif, termasuk penggunaan pupuk kimia dan metode pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan, serta peternakan besar-besaran yang menghasilkan metana dari pencernaan hewan juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan pemanasan global dan krisis iklim.

Peningkatan penggunaan energi fosil untuk memenuhi kebutuhan industri, transportasi, dan pemukiman, lanjut Pak Hen, juga menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca.

Magister Lingkungan Jebolan Universitas Nusa Cendana Kupang dengan IPK 3,97 itu juga menambahkan, peningkatan produksi limbah, termasuk limbah padat, cair, dan gas dari industri, pertanian, dan pemukiman, juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.

Pak Hen mengakui dirinya sangat senang karena sekolahnya lolos dalam program SEA-CEP sehingga dirinya juga bisa belajar banyak hal untuk memperluas pemahamannya terhadap isu pemanasan global dan krisis iklim yang, menurutnya, sudah sangat urgen untuk menjadi materi penting dalam setiap kurikulum sekolah di setiap jenjang pendidikan di Indonesia saat ini.

Senada, Marlistiaty Parada Tolok yang akrab disapa Ibu Marlis juga mengaku senang karena bisa belajar banyak hal mengenai keberlanjutan ekologis dalam program SEA-CEP yang sudah akan selesai pertemuan secara daring pada Rabu (27/03/2024). Marlistiaty mengakui jika dirinya juga sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan lanjutan di Kota Bandung pada bulan mendatang.

“Kami belajar secara daring sebanyak sepuluh kali. Materinya bagus-bagus dan sangat bermanfaat untuk  menjawab Sustainable Development Goals atau disingkat SDGs yaitu mencapai kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi semua orang yang ada di planet ini.”  ungkap ibu Marlis.

Pak Lius, sapaan akrab Yulius Bera Tenawahang, S.Fil, M.Pd  juga mengaku cukup senang setelah mengetahui sekolahnya juga akan terlibat dalam program SEA-CEP tahun ini. Pak Lius mengakui, perhatian para guru di sekolahnya selama ini terhadap berbagai isu lingkungan ternyata diapresiasi secara positif pihak terkait melalui keikutsertaan mereka dalam program SEA-CEP yang bertujuan melahirkan sebanyak mungkin agent of change dalam isu lingkungan hidup dan keberlanjutan ekologis.

Pak Lius menyampaikan, ke depan, pihaknya akan  menerapkan satu persatu materi yang di ajarkan secara daring dalam program SEA-CEP dengan cara mengintegrasikannya dalam kurikulum model pembelajaran abad 21 yaitu menggunakan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan Pembelajaran Berbasis Proyek.

“Hari ini kami baru selesai kegiatan pameran sains yang diikuti oleh seluruh siswa kelas XII IPA dengan tema mendalami ilmu sains dan mengurangi sampah. Tadi saya hadir langsung dalam Aula untuk membuka kegiatan, dan saya menyaksikan mereka sangat antusias dalam memaparkan produknya. Sangat kreatif dan karya-karya anak-anak sangat luar biasa. Ini juga bagian dari perhatian kami terhadap isu lingkungan hidup. Nah, ke depan, ilmu yang kami dapat dalam program SEA-CEP ini juga akan kami terapkan dalam kegiatan pembelajaran seperti pameran sains ini. Kami siap untuk menjadi sekolah berketahanan iklim saat ini.” tegas Pak Lius.

Para siswa kelas XII di SMAN 2 Kupang Timur menggelar pameran sains pada Selasa (26/03/2024).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *