Perangkat Digital dalam Pembelajaran mengancam Ketrampilan Menulis

Penggunaan Alat dan Media Digital menggeser Ketrampilan Dasar Menulis dengan Menggunakan Tangan

Pembelajaran daring, juga dikenal sebagai e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar jarak jauh. Menurut Dimyati, seorang pakar dalam bidang pendidikan, pembelajaran daring merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam mendukung proses belajar mengajar jarak jauh. Pembelajaran digital telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan modern. Dengan kemajuan teknologi, anak-anak kini memiliki akses ke berbagai sumber daya digital yang dapat mendukung proses belajar dan perkembangan mereka.

Bahkan dalam liburan hari raya Lebaran tahun ini, pemerintah menawarkan pilihan pembelajaran daring. Pembelajaran pola ini sudah sangat familiar ketika pandemi covid 19 melanda negeri ini. Lalu pertanyaan yang sering muncul adalah,  “Apakah pembelajaran digital memiliki dampak positif atau negatif pada kemampuan menulis anak-anak?”

Di satu sisi, pembelajaran digital dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan menulis mereka. Dengan menggunakan perangkat digital seperti komputer, tablet atau smartphone, anak-anak dapat dengan mudah mengakses berbagai sumber daya seperti e-book, artikel dan video yang dapat membantu mereka belajar tentang tata bahasa, struktur kalimat, dan gaya penulisan. Selain itu, perangkat digital juga dapat membantu anak-anak memperbaiki kemampuan menulis mereka dengan menggunakan fitur-fitur seperti spell-checker, grammar-checker dan auto-correct.

Pada sisi lain, pembelajaran digital dapat memiliki dampak negatif pada kemampuan menulis anak-anak. Bila amat banyak menggunakan perangkat digital, anak-anak dapat kehilangan kemampuan menulis dengan menggunakan tangan. Selain itu, perangkat digital dapat membuat anak-anak selalu bergantung pada teknologi dan kehilangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang banyak menggunakan perangkat digital dapat mengalami penurunan kemampuan membaca dan menulis.

Era teknologi digital telah mengantar perubahan besar dalam pembelajaran cara dan berinteraksi. Di balik kemudahan dan efisiensi yang diberikan, ada konsekuensi yang tidak boleh diabaikan. Salah satunya adalah dampaknya terhadap kemampuan menulis menggunakan tangan pada anak-anak. Saat ini mereka lebih mahir mengetik dengan keyboard di handphone android ataupun laptop dibandingkan menulis dengan tangan di atas kertas. Hal itu menjadi lumrah karena gaya hidup digital tidak bisa dipisahkan dari penggunaan perangkat teknologi digital dalam keseharian. Meskipun teknologi digital memberikan kemudahan dan kecepatan dalam komunikasi, menulis tangan tetap menjadi keterampilan yang penting untuk dikembangkan dan dipertahankan di era digital ini.

Dengan adanya pembelajaran daring, anak-anak semakin jarang menggunakan kertas dan pensil sebagai alat dan media untuk menulis. Mereka lebih suka mengetik di handphone android atau laptop. Meskipun ini mungkin terlihat lebih praktis, namun hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan menulis mereka.

Menulis bukan hanya tentang mengukir kata-kata di atas kertas, tetapi juga tentang mengembangkan kemampuan berpikir, kreativitas, dan ekspresi diri. Dengan kegiatan menulis, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk mengungkapkan perasaan dan memikirkan ide-ide mereka, namun jika hanya mengetik di handphone android atau di perangkat digital, maka anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan ini. Mereka tidak lagi harus memikirkan tentang struktur kalimat, ejaan, dan tata bahasa, karena perangkat digital dapat melakukan semua dengan mudah untuk mereka.

Dengan kegiatan menulis di atas kertas, anak-anak dapat terlatih dan mengembangkan kemampuan motorik halus, seperti mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari. Berbeda dengan mengetik di perangkat digital, anak-anak kehilangan kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan ini.

Sejumlah negara maju memilih untuk kembali ke buku dan teks cetak, dan membiasakan anak-anak menulis dengan tangan di atas kertas. Kondisi tersebut berbeda dengan beberapa pembelajaran serba digital, seperti penggunaan buku digital (e-book) dalam mengerjakan tugas dengan mengetik di komputer atau laptop.  Hal itu bukannya tanpa alasan. Sebab sejumlah penelitian yang dilakukan negara-negara maju membuktikan, pembelajaran secara tradisional itu akan berdampak lebih positif bagi peserta didik.

Salah satu negara maju, Swedia, mulai mendorong kembali penggunaan buku cetak, menulis dengan tangan, dan membatasi penggunaan perangkat digital. Penerapan pembelajaran tradisional ini dilakukan sebagai langkah untuk minimalisir penggunaan perangkat digital di antara anak-anak usia dini atau TK di negeri itu. Sejumlah ahli menduga pengenalan peraangkat digital ini pada usia dini menyebabkan penurunan keterampilan dasar mereka.

Swedia sebelumnya mengenalkan perangkat digital kepada anak-anak PAUD seperti tablet. Anak-anak kemudian terbiasa bermain di perangkat digital mereka. Kemudian di tingkat lebih atas, murid-murid sekolah terbiasa menggunakan akses internet untuk menyelesaikan tugas sekolah. Mereka bekerja dengan browsing di berbagai situs guna mendapatkan jawaban dari tugas. Lambat laun, kondisi tersebut mulai disadari karena dinilai justru mengurangi daya kreativitas anak-anak dan kemampuan motoriknya.

Untuk mengatasi dampak negatif ini, penting bagi orang tua dan guru untuk memantau penggunaan perangkat digital anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak terlalu bergantung pada perangkat digital. Selain itu, juga penting untuk mengembangkan kemampuan menulis dengan tangan, yaitu memberikan mereka kesempatan untuk menulis secara teratur.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa anak-anak tidak kehilangan kemampuan menulis yang sangat penting ini. Guru dan orang tua harus berusaha untuk memasukkan kegiatan menulis dalam proses belajar anak-anak, baik di sekolah maupun di rumah. Belajar menulis dengan tangan punya dampak positif untuk mempelajari huruf, membaca kata, mengeja, dan mengarang. Kegiatan menulis tangan memiliki peran penting dalam perkembangan otak terkait dengan kemampuan membaca.

Maka demi meningkatkan keterampilan menulis tangan, beberapa saran berikut dapat dilakukan oleh guru dan orangtua. Di sekolah atau di rumah anak-anak perlu mendapat latihan menulis harian selama 10-15 menit setiap hari. Mereka mendapat tugas untuk menggambar atau membuat cerita bergambar, membuat jurnal harian, menulis cerita sederhana, dan menulis surat kepada teman. Selain itu orang tua atau guru memberi tugas meringkas bacaan dari buku pelajaran (non fiksi) dan jika buku fiksi, dapat meringkas bacaan dengan kata-kata sendiri. Kegiatan ini dapat meningkatkan perbendaharaan kata dan daya ungkap mereka. Sekolah juga dapat mengadakan kompetesi kecil seperti lomba menulis puisi, cerita pendek, atau cerita bergambar. Hal ini untuk meningkatkan kreativitas dan motivasi menulis bagi anak-anak.

Dengan berbagai tantangan tersebut, penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk bersama-sama mengambil langkah konkret dalam meningkatkan kembali kemampuan menulis anak-anak. Melalui latihan menulis tangan, pembiasaan membaca, serta penggunaan teknologi secara bijak, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan menulis yang lebih baik. Jika upaya ini dilakukan secara konsisten, bukan tidak mungkin generasi mendatang tetap mampu menulis dengan baik, kreatif, dan terstruktur, meskipun mereka tumbuh di era digital.

Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa peserta didik memiliki kemampuan menulis yang kuat dan kreatif, selain memiliki kemampuan digital yang baik. Dipastikan bahwa anak-anak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan memajukan kemampuan menulis.

Penulis: Mona Made Amin

Peserta Diklat Kepenulisan Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Wilayah NTT 2025, Guru di SMP Negeri 4 Belopa Kabupaten Luwu Prov. Sulawesi Selatan

Editor: Heronimus Bani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *