Prodi D3 Keperawatan Stikes Maranatha Kupang Gelar Pengmas: Kendalikan PTM dengan TOGA

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan (Prodi D3 Keperawatan) Stikes Maranatha Kupang mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) pada Selasa (06/02/2024) di GMIT Sonetetus, Oeika, yang berlokasi di Dusun 3, Desa Baumata Utara, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT.

Pengmas kolaborasi dosen dan mahasiswa/i yang merupakan bagian dari Praktik Kerja Nyata Terintegrasi (PKNT) Keperawatan Keluarga dan Gerontik ini mengusung tema: Pengendalian Hipertensi dan Asam Urat melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

Ketua Prodi D3 Keperawatan Stikes Maranatha Kupang, Awaliyah M. Suwetty, S.Kep.,Ns, M.Kep, menjelaskan bahwa kegiatan pengmas tersebut merupakan bagian dari tugas utama atau darma sebuah perguruan tinggi. Menurutnya, ilmu pengetahuan dan tekonologi (Iptek) keperawatan yang terus dikembangkan melalui kegiatan penelitian tidak hanya diberikan lewat pengajaran kepada mahasiswa di kelas.

“Iptek keperawatan ini juga harus bisa diterapkan untuk menyelesaikan masalah masyarakat,” tegas Awaliyah M. Suwetty saat memberikan kata sambutan pada seremonial pembukaan pengmas.

Menurut Awaliyah M. Suwetty, hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan mahasiswa menunjukkan warga setempat banyak yang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, asam urat, diabetes melitus (DM), dan lain-lain.

Karena itu, lanjut Awaliyah M. Suwetty, untuk mendukung pengobatan medis, civitas academica Prodi D3 Keperawatan Stikes Maranatha Kupang mengadakan pengmas dengan mengajarkan masyarakat tentang pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) sebagai terapi komplementer.

Awaliyah M. Suwetty menjelaskan, PTM itu membutuhkan pengobatan yang lama sehingga perlu mendapat dukungan dari sumber lain seperti TOGA. Karena itu, ia menilai masyarakat perlu diberdayakan agar tahu dan mampu memanfaatkan berbagai TOGA yang ada di lingkungan rumahnya untuk meningkatkan kualitas hidup.

“Sesuai namanya, Bapak/Ibu, komplementer…, terapi ini hanya sebagai pelengkap, bukan menggantikan pengobatan medis. Jadi, Bapak/Ibu tetap melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas,” pesan Awaliyah M. Suwetty di hadapan 50-an masyarakat yang hadir.

Kepala Dusun 3 Oeika, Oni Olibus, menyambut baik kegiatan pengmas tersebut. Ia menyampaikan terima kasih kepada Prodi D3 Keperawatan Stikes Maranatha yang selalu melakukan praktik (PKN) di wilayah Baumata Utara, termasuk Dusun Oeika.

Oni Olibus juga bersyukur dengan adanya kegiatan praktik pembuatan minuman herbal dari TOGA. Ia berharap masyarakatnya untuk langsung mendengar, melihat, dan mempraktikkan apa yang disampaikan dosen maupun mahasiswa/i.

“Jangan lupa lakukan di rumah sepulang dari sini. Bahan-bahannya ada di sekitar kita punya rumah, jadi mudah dijangkau. Kalau ada yang belum punya, tolong segera tanam,” kata Oni Olibus sebelum membuka kegiatan secara resmi.

Selanjutnya kegiatan pengmas itu diisi dengan penyuluhan tentang hipertensi dan asam urat. Materi hipertensi disampaikan oleh mahasiswi Desi Banamtuan yang didampingi dosen: Yohana T. Setu, S.Kep.,Ns, M.Kep. Sedangkan materi asam urat disampaikan oleh mahasiswa Orni Mella dan Aryanto Tfukani, serta didampingi dosen: Venida Lakapu, S.Kep,Ns.

Setelah sesi penyuluhan berakhir, giliran Stefani Tefa, S.Kep.,Ns, M.Kep yang memperagakan cara pembuatan TOGA untuk meringankan gejala hipertensi dan asam urat. Stefani Tefa menggunakan bahan yang muda didapatkan di sekitar rumah warga seperti daun seledri, batang serai, kayu manis, jeruk nipis, dan sebagainya.

Dosen alumnus FKp Unair itu menjelaskan sekaligus menunjukkan kepada hadirin cara pembuatannya sejak awal hingga hasilnya dicoba oleh beberapa warga. Selain melakukan demonstrasi langsung, tim pengmas juga memberi kesempatan kepada warga bertanya atau melakukan praktik secara langsung.

Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 WITA itu diikuti dengan antusias oleh masyarakat setempat. Mereka aktif bertanya dan banyak juga yang membagikan pengalaman tentang penggunaan obat herbal selama ini.

Salah seorang warga yang akrab disapa Mama Sufina, mengaku sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Menurutnya kegiatan itu sangat berguna, karena membuat ia paham manfaat TOGA. Ia mengaku selama ini sering memanfaat TOGA sebagai bahan masak atau dijual di pasar.

“Ternyata TOGA ini bisa juga diolah untuk obat. Pulang ini harus coba, karena saya ini kena hipertensi dan asam urat juga,” tutupnya.

Penulis: Saverinus Suhardin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *