Ternak Mulyogot

Mulyogot, dipoles pencitraan untuk menjual kesederhanaannya, para elit politik yang gemar mencuri di balik layar dan menjadi beban rakyat lantas melihat peluang emas: “Ini dia boneka kita!”

Melalui media mainstream yang pragmatis yang lebih senang menjual citra ketimbang isi kepala, Mulyogot dipoles menjadi semacam nabi politik. Awalnya Ia disulap menjadi simbol kesederhanaan, dari ketidaktahuan menjadi tanda kerendahan hati.

Tak butuh waktu, Mulyogot menjelma. Bukan menjadi negarawan, tapi menjadi raja licik penuh intrik berwajah lembut dan sederhana. Ia pelajari dengan cermat bagaimana memanfaatkan kelemahan lawan, bagaimana membuat akademisi takluk dan menjilat, bagaimana mencuri dan melibatkan anak-anaknya dalam jejaring mafia, bagaimana memelihara konflik, dan yang paling penting bagaimana membuat orang tetap mencintai dan ingin terus menjilati meski negeri goyah karena ulahnya.

Dan muncullah Ternak Mulyogot. Mereka adalah jenis manusia yang ikut berkontribusi membesarkan Mulyogot dalam kancah politik negeri ketika diberi panggung oleh partai pragmatis kumpulan manusia pencuri yang membebani rakyat. Mereka tidak mengenal kata kritik, hanya kata penuh puja dan puji. Mereka adalah makhluk yang pandai memuji dan menjilat, hidup dari remah kuasa, dan demi itu, mereka rela melumat logika, nurani, bahkan harga diri. Kebanyakan rakyat kecil, kebanyakan juga kader partai pohon sarang pencuri, partai burung pencuri, partai bintang pencuri, partai solidaritas pencuri, dan sejumlah partai pencuri sejenis. Semua isinya ternak Mulyogot. Mereka dari pusat sampai daerah hanya punya satu kemampuan luar biasa: memuji dan menjilat sambil membangun citra untuk mendapat keuntungan dari hasil membebani rakyat. Partai Banteng Sakit yang kini menggonggongi Mulyogot dan pemimpin penggantinya seolah-olah paling bersih dan terzolimi, padahal mereka pun dulunya ternak yang sama, yang juga pandai mencuri dan kuat menjilat. Hanya kini tidak dapat jatah rumput, mereka menggonggong, bukan karena sadar dan kritis, tapi karena lapar dan terancam permainan mafia hukum.

Sementara itu, pengganti memimpin dengan gaya omon-omon. Tidak bisa berpikir, tidak bisa bicara dengan benar, hanya goyang dan omon-omon, tapi dielu-elukan bagai dewa. Ia tersandera oleh dosa masa lalu: kasus korupsi kawasan penghasil makanan dan proyek pengadaan senjata. Tapi tak masalah, selama ada ternak Mulyogot yang siap membuat narasi indah, semuanya tampak seperti benar dan hebat.

Negeri pun kian gaduh. Kebijakan ngawur terus dihasilkan diiringi narasi sukses para penjilat haus kuasa dan harta. Rakyat bingung, tapi ternak mulyogot tetap bertepuk riuh sambil memuja dan menjilat. Karena bagi mereka, yang penting bukan kebenaran, tapi siapa yang memberi memberi keuntungan. Begitulah ternak mulyogot.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *