Profesor Koentjoro versus Rismon

Oleh: Erizal

Anda yang cenderung percaya pada dugaan bahwa ijazah Jokowi palsu patut berbangga atau beruntung sekali punya tokoh seperti Rismon Hasiholan Sianipar. Sebab, debatnya dengan Profesor Koentjoro dalam acara ROSI KompasTV kemarin, sangat meyakinkan.

Selain dapat mempertahankan segala argumen yang dimilikinya, ia juga bisa meruntuhkan keyakinan yang dimiliki Profesor Koentjoro yang tak mendasar. Hanya karena alasan kecintaan pada UGM, dia menutup mata terhadap fakta-fakta lain yang dianggap berkesesuaian.

Kelebihan Rismon Hasiholan Sianipar keilmuannya lebih tebal dalam menjelaskan dugaan ijazah palsu Jokowi ketimbang nilai politisnya. Sehingga Profesor Koentjoro terlihat kewalahan juga menghadapi Rismon.

Kelebihan Profesor Koentjoro karena berani mengakui tak suka Jokowi; artinya bukan pendukung Jokowi, tapi kalau soal ijazah iya sangat yakin bahwa ijazah Jokowi asli. Kendati tidak bisa juga membuktikan seperti yang dituntut Rismon, bahkan terhadap UGM. Sayang, meski sesama alumni UGM, mereka tak resmi mewakili UGM.

Sesuatu yang sama terlihat dalam debat antara Rismon dan Profesor Koentjoro di ROSI KompasTV itu adalah bahwa Jokowi memang mahasiswa UGM. Pernah berkuliah di UGM. Punya teman-teman seangkatan di UGM dan sekaligus punya dosen-dosen di UGM.

Yang terlihat berbeda itu adalah apakah Jokowi pernah tamat di UGM atau tidak? Kalaupun tamat, apakah tamat S1 atau hanya Sarjana Muda? Kalau Profesor Koentjoro yakin Jokowi tamat. Tapi Kalau Rismon tak yakin dilihat dari skripsi dan penampakan copian ijazah Jokowi itu.

Profesor Koentjoro terlihat menyayangkan kepolosan Rismon yang rentan ditunggangi kepentingan politik, bahkan kepentingan politik Jokowi itu sendiri. Rismon sudah berkali-kali membantah bahwa tak ada motivasi lain atau kepentingan politik atau orang besar di balik ngototnya ia mengusut keaslian ijazah Jokowi.

Ia murni melakukan kajian keilmuan pakai sumber daya sendiri dan tak ada yang membiayai. Malah ia berencana akan menerbitkan sebuah buku sebagai bukti keseriusan menjawab keaslian ijazah yang tak kunjung terungkap.

Rismon Hasiholan Sianipar memang terlihat lebih siap berdebat dan apa adanya. Ia menyampaikan apa yang ditemuinya. Tak ada yang disembunyikan. Makin hari argumen-argumennya makin solid dan mendasar. Tak hanya berdebat dengan Profesor Koentjoro saja, dengan yang lain pun begitu.

Sementara pihak lain, termasuk Profesor Koentjoro sekalipun, selain argumen yang itu ke itu saja, juga terdapat ruang gelap yang dibalut dgn hal-hal yang tak terkait dengan ijazah Jokowi itu sendiri. Misalnya, soal menjaga marwah UGM dan sebagainya.

Memang tidak mudah meyakinkan Rismon Hasiholan Sianipar bahwa ijazah Jokowi benar asli. Ilmunya terlalu teknis. Sedangkan ahli digital forensik dari pihak kuasa hukum Jokowi saja tak kuasa membantahnya, apalagi Profesor Koentjoro yang merupakan ahli psikologi.

Ahli digital forensik pihak kuasa hukum Jokowi hanya punya satu teori bahwa barang analog tak bisa diteliti secara digital forensik. Teori itu telah dibantah Rismon lengkap dengan contoh-contohnya. Yang berdebat dengan Rismon kebanyakan ahli hukum, relawan, dan ahli psikologi itu.

Temuan-temuan Rismon Sianipar hanya dibantah lewat pernyataan-pernyataan dan keyakinan dari Profesor Koentjoro plus bahwa dia bukanlah pendukung Jokowi. Kalau hanya cukup dengan itu mestinya kasus ini sudah selesai lama. Bahkan tak hanya pernyataan UGM, tapi juga hasil penyelidikan Bareskrim yang sudah ditutup.

Terbaru, ada pula temu alumni mahasiswa angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM dan hasil survei LSI yang spektakuler menemukan 74,6% percaya bahwa ijazah Jokowi asli. Hasil survei LSI ini seperti ingin mengunci kegelisahan Rismon, tapi sayangnya tak terkunci juga.

Hasil survei yang setinggi langit sudah, temu alumni juga sudah, terakhir putusan Bareskrim juga ditegaskan lagi, pernyataan UGM bahkan sudah lebih dulu, debat dengan Profesor Koentjoro, yang pernah menjadi Ketua Dewan Guru Besar UGM, juga sudah. Tapi Rismon Sianipar bergeming.

Ia terlalu yakin dengan temuannya. Bahkan digertak masuk penjara pun, dia sudah tak peduli. Solusinya hanya tinggal satu, yakni ijazah asli Jokowi itu dibuka dan teliti secara objektif. Sayang, Jokowi mensyaratkan itu akan dilakukan di Pengadilan. Pengadilan untuk itu belum tampak tanda-tandanya.

 

banner 970x250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *